Senyum
perjuanganmu sangatlah manis serupa madu di surga.
Semerbak
aroma keringat semangatmu, mewangikan seberkas niat ketulusan.
Tanganmu
yang mengepal janji kemenangan, menggetarkan keberanian musuhmu.
Dan
majelis taman-taman surgamu, menjejerkan barisan malaikat pelindungmu.
Terus
pacu frekuensi cintamu di jalan itu; jalan kemenanganmu.
Terus
dayuh pengorbanan ragamu di lautan itu; lautan kemuliaanmu.
Jika
jiwamu membuas resah, tenangkanlah ia dengan teduhnya tasbih.
Bila
hatimu meragu, buatlah ia yakin dengan doa.
Bangsamu
adalah strategisnya daratan penghamparan masalah yang terkemelut panjang.
Di
mana rakyat negerimu selalu dipentaskan pertikaian dan pertengkaran.
Engkau
pasti muak dengan itu.
Dan
air matamu pun pasti menteskan kemuakan itu.
Di
mana engkau berada?
Bangsamu
menjerit perih, bilik-bilik kedamaiannya terompak keserakahan.
Harta
negerimu telah dirampas oleh kecerdasan yang tak bermoral.
Nadi
negerimu terancam akan terhenti.
Berhentilah
berbicara perbedaan di antara engkau dan lainnya.
Usailah
mencari sekat pemisah pandangan cara berjalan.
Karena
bangsamu telah berada di ujung kerentahan.
Dan
dia menginginkan engkau yang mengeluarkannya dari kerentahan itu.
Perjuanganmu
di jalan yang meneriakkan perubahan
Tidak
cukup untuk bangsamu yang terintih.
Perdebatanmu
di forumforum yang memaksakan solusi
tidak
akan mampu mengobati luka negerimu yang membusuk.
Inilah
era engkau harus keluar dari safmu untuk menebarkan senyum perjuanganmu.
Saatnya
keringat semangat ketulusanmu menghasilkanperadaban.
Tibalah
waktunya untuk mewujudkan janji kemenangan yang selalu engkau genggam.
Inilah
momentum materi majelis taman-taman surgamu menjadi lembar keputusan.
Telah
terbangunkah engkau dari tidur panjangmu?
Bangsamu
telah merindukan kehadiranmu.
Sudah
sadarkah engkau dari nyeyaknya lelapmu?
Negerimu
telah menantikan peranmu.
0 comments:
Post a Comment