Tuesday 17 July 2012

PUISI “Engakaulah Yang Dirindukannya”


Senyum perjuanganmu sangatlah manis serupa madu di surga.
Semerbak aroma keringat semangatmu, mewangikan seberkas niat ketulusan.
Tanganmu yang mengepal janji kemenangan, menggetarkan keberanian musuhmu.
Dan majelis taman-taman surgamu, menjejerkan barisan malaikat pelindungmu.

Terus pacu frekuensi cintamu di jalan itu; jalan kemenanganmu.
Terus dayuh pengorbanan ragamu di lautan itu; lautan kemuliaanmu.
Jika jiwamu membuas resah, tenangkanlah ia dengan teduhnya tasbih.
Bila hatimu meragu, buatlah ia yakin dengan doa.

Bangsamu adalah strategisnya daratan penghamparan masalah yang terkemelut panjang.
Di mana rakyat negerimu selalu dipentaskan pertikaian dan pertengkaran.
Engkau pasti muak dengan itu.
Dan air matamu pun pasti menteskan kemuakan itu.

Di mana engkau berada?
Bangsamu menjerit perih, bilik-bilik kedamaiannya terompak keserakahan.
Harta negerimu telah dirampas oleh kecerdasan yang tak bermoral.
Nadi negerimu terancam akan terhenti.

Berhentilah berbicara perbedaan di antara engkau dan lainnya.
Usailah mencari sekat pemisah pandangan cara berjalan.
Karena bangsamu telah berada di ujung kerentahan.
Dan dia menginginkan engkau yang mengeluarkannya dari kerentahan itu.

Perjuanganmu di jalan yang meneriakkan perubahan
Tidak cukup untuk bangsamu yang terintih.
Perdebatanmu di forumforum yang memaksakan solusi
tidak akan mampu mengobati luka negerimu yang membusuk.

Inilah era engkau harus keluar dari safmu untuk menebarkan senyum perjuanganmu.
Saatnya keringat semangat ketulusanmu menghasilkanperadaban.
Tibalah waktunya untuk mewujudkan janji kemenangan yang selalu engkau genggam.
Inilah momentum materi majelis taman-taman surgamu menjadi lembar keputusan.

Telah terbangunkah engkau dari tidur panjangmu?
Bangsamu telah merindukan kehadiranmu.
Sudah sadarkah engkau dari nyeyaknya lelapmu?
Negerimu telah menantikan peranmu.

0 comments:

Post a Comment