Sunday, 5 August 2012

PUISI “Hidup Dibalik Bukit”


hidup bersama kabut
ilalang dan kayu tinggi
merajah bukit dedaun jati
rungkun tepi sungai berair jernih

seperti mata mereka
wajah tulus menghitung waktu
menjahit mimpi di geladak bambu
merangkum bayangan masa lalu

kampung kita-rumah kita
lumbung padi di lereng bukit
seperti sedang berdoa
pada hening suara hati mereka

orang-orang di balik bukit
ikat putih di kepala
telajang kaki baju sahaja
menghitung jejak pada cadas kidung alamnya

yang kukuh dengan waktu
sabda leluhur diteruskan puun
pagan dan tak bergeming
lebih iman dari kesucian itu sendiri


0 comments:

Post a Comment