Friday 10 August 2012

PUISI “Lima Ayat Untuk Ibu Pertiwi”


masih ada lima ayat untuk menerangkan cinta
kita daras di tepi bukit sebelum fajar naik ke pundak hari
selepas sujud gaung adzan subuh
panembrama di syair asmarandana

tamu agung itu bukan putri matahari
atau dewa kamajaya dari tanah loka
dia hanya seorang puan citra pertiwi
bergelar ibu pertiwi

gugus tanah datu telah bersatu
menjalin nusa dari seribu
sebentang hamparan biru
kita tunjuk jadi rumah para pembaharu

lima ayat jadi najam tebaran surya 
karena disana banyak raga berlindung dibalik kilau yang beda
tapi angan dan mimpinya serupa 
mendayung sampan ke tepian
ke dermaga tanah merdeka
dimana hak jiwa raga tak terpilah harkat martabat

telah kita rumuskan lima sila dari silsilah
jaring panjang layar lebar dari sampan besar
ke tiang tinggi kita saling mengikat diri
mencari warna angin agar negeri tak hanya dibangun dari mimpi ke mimpi


0 comments:

Post a Comment