sepulang
menuliskan masa lalumu aku terdiam dibatu hitam itu
ku
saksikan padang alang alang yang kini menyapih senja
mungkin
selekasnya purnama akan mengembara tanpa jeda
mengarung
palka ritual moyang orang-orang laut
meneriakan
kemenangan mencapai tepian pasir
mengangkat
tinggi jangkar guratan nasib
yang
di tulis langit sebelum di kirim ke bumi
tapi
aku lihat, ada geladak yang kini kosong
nyiur
yang kesepian
pasir
putih tak memberi cerita lagi
tentang
kau yang dulu merentang bendera warna kelapa
semua
karena karang menyekat pengembara
menyempitkan
riwayat nusa berkilau di khatulistiwa
memang
kehidupan adalah perputaran diempat arah mata angin
tapi
tanah tetap tanah dan langit itu tetap langit yang sama
seperti
dulu yang pernah melahirkan anak-anakmu
kenapa
kau biarkan rindu jadi kutukan batu?
seperti
itu.
padang
lapang bukan gumuk pasir yang diterbangkan angin
tapi
air matamu yang kini ku saksikan menetes bagai hujan gerimis
karena
anak-anakmu tak lagi mampu berdiri di tepian angin
menggiring
ombak menampakan wajah ke segala arah
menentukan
gores tangannya sendiri
telah
datang kutukan zaman
ketika
manusia tak membaca janji alam
tak
menjaga kasih setia diantara sesama
anak-anak
matahari yang rindu pelukan ibu
hingga
pecah ketuban janji
manusia
tak bisa memberi arti
pada
kehidupan kini dan nanti
seperti
tertulis di buku suci para pencari
sepulang
menuliskan masa lalumu aku terdiam dibatu hitam itu
nisan
panjang dari nama-nama penghuni bumi
yang
darahnya tak lagi merah dan air matanya tak lagi putih
mungkin
semua karena mimpi kita tak lagi sama
memilih
mendayung sendiri-sendiri
ke
dermaga tanpa tepi
karena
kita sudah tak punya negeri tempat menyimpan seribu panji
0 comments:
Post a Comment