Thursday 9 August 2012

PUISI “Sepulang Menuliskan Masa Lalumu”


sepulang menuliskan masa lalumu aku terdiam dibatu hitam itu
ku saksikan padang alang alang yang kini menyapih senja
mungkin selekasnya purnama akan mengembara tanpa jeda
mengarung palka ritual moyang orang-orang laut
meneriakan kemenangan mencapai tepian pasir
mengangkat tinggi jangkar guratan nasib 
yang di tulis langit sebelum di kirim ke bumi

tapi aku lihat, ada geladak yang kini kosong
nyiur yang kesepian
pasir putih tak memberi cerita lagi
tentang kau yang dulu merentang bendera warna kelapa
semua karena karang menyekat pengembara
menyempitkan riwayat nusa berkilau di khatulistiwa

memang kehidupan adalah perputaran diempat arah mata angin
tapi tanah tetap tanah dan langit itu tetap langit yang sama
seperti dulu yang pernah melahirkan anak-anakmu
kenapa kau biarkan rindu jadi kutukan batu?

seperti itu.
padang lapang bukan gumuk pasir yang diterbangkan angin
tapi air matamu yang kini ku saksikan menetes bagai hujan gerimis
karena anak-anakmu tak lagi mampu berdiri di tepian angin
menggiring ombak menampakan wajah ke segala arah
menentukan gores tangannya sendiri

telah datang kutukan zaman
ketika manusia tak membaca janji alam
tak menjaga kasih setia diantara sesama
anak-anak matahari yang rindu pelukan ibu
hingga pecah ketuban janji
manusia tak bisa memberi arti
pada kehidupan kini dan nanti
seperti tertulis di buku suci para pencari

sepulang menuliskan masa lalumu aku terdiam dibatu hitam itu
nisan panjang dari nama-nama penghuni bumi
yang darahnya tak lagi merah dan air matanya tak lagi putih
mungkin semua karena mimpi kita tak lagi sama
memilih mendayung sendiri-sendiri
ke dermaga tanpa tepi
karena kita sudah tak punya negeri tempat menyimpan seribu panji


0 comments:

Post a Comment